Sebagai pemilik sekaligus pengelola toko, berbagai karakter konsumen pernah saya temui dari mulai pelanggan yang lemah lembut sampai pelanggan yang berkarakter okem (kasar) pernah saya temukan.
Ada pula pelanggan yang sabar menunggu proses perbaikan bahkan inden satu atau dua hari pun tidak masalah, tapi banyak juga pelanggan yang tidak sabaran tidak mau tahu situasi dan kondisi seolah perangkat yang saya perbaiki hanya milik dia saja, padahal banyak pelanggan lain yang datang dalam waktu bersamaan.
Ketika ada sedikit waktu senggang selama proses perbaikan, biasanya saya mengajak ngobrol pelanggan siapapun orangnya. Prinsip saya, momen bisnis yang terjadi antara saya dan pelanggan hanya berlangsung beberapa saat saja, ketika barang yang diperbaiki selesai kemudian bayaranpun saya terima dan hanya itulah momen bisnis, tapi interaksi sosial antara saya dengan pelanggan tidak akan selesai sampai disitu, jika mereka merasa nyaman dengan pelayanan saya walaupun hanya dengan media obrolan ringan, tentunya pertimbangan selanjutnya untuk perbaikan perangkat saya berharap toko saya yang menjadi pilihan pertama.
Walupun demikian, kenyataannya banyak juga pelanggan yang hanya datang beberapa kali dan berpindah ke toko lain untuk melakukan perbaikan perangkat mereka, tidak masalah, itulah resiko bisnis :-)
Dari sekian banyak pelanggan yang saya temui ada dua kejadian yang tidak akan pernah saya lupakan, karena inilah pengalaman yang sangat berharga bagi saya.
Pertama; Pelanggan yang super okem, dengan kata-kata kasar, dan tidak sopan. Ketika melihat tato di tangan dan karakternya tersebut saya berasumsi mungkin dia dari golongan preman.
Servisnya saya kira sederhana Pewer Suply PC nya mati, tinggal ganti normal kembali. tapi yang bikin repot adalah dia membawa keyboard PS2 yang telah dipotong konektornya ingin diganti dengan konektor USB dan secara kebetulan saya kehabisan stock keyboard USB kalau ada tinggal berikan saja keyboard USB. Setengah memaksa dan dengan kata-kata kasar di meminta saya menyambung keyboardnya dengan konektor USB dari keyboard bekas, karena jengkel saya menjawab dengan tegas "tidak bisa" dan mempersilahkannya mencari toko lain.
Dari pengalaman ini saya selalu berhati-hati dalam menghadapi pelanggan, dan saat ini saya sering menolak pelanggan yang sedikit arogan.
Kedua; Ada pelanggan yang datang ingin memperbaiki PC, dengan sedikit terburu-buru dia meninggalkan PCnya dengan alasan ada keperluan dan mempersilahkan saya untuk memeriksanya sebab satu jam kemudian komputernya akan diambil. Sebagai pengelola toko tentunya saya tidak ingin mengecewakan pelanggan, dengan cepat saya memeriksa dan ternyata PGAnya yang rusak, tinggal ganti, instal driver normal kembali.
Kira-kira satu jam kemudian ketika dia datang, saya sebutkan PGA komputernya mati dan saya serahkan PGA yang rusak sebagai barang bukti. Masalah muncul, dia menyebutkan bahwa komputernya tidak apa-apa dia hanya ingin install software pemutar film dan game saja. Nah loh....!!! Pinter nih orang...!! dia mencoba mengelabui toko untuk mendapat VGA secara gratis, dengan cara menitipkan PC dan pura-pura ada keperluan mendesak. Masalahnya cukup panjang tapi dengan adanya saksi yaitu pelanggan lain, saya berhasil mengatasinya.
Dari kejadian tersebut, sampai saat ini saya tidak pernah memperbaiki PC tanpa di periksa kondisi awal di hadapan pelanggan yang punya. Percaya ataupun tidak banyak sekali pelanggan yang menitip PC langsung pergi tanpa menunggu pemeriksaan awal, tapi berkaca dari pengalaman tadi saya tidak pernah memperbaikinya berapa haripun PC nya di simpan di toko.
Semoga dari pengalaman saya tersebut banyak sahabat-sahabat yang berprofesi sama dengan saya bisa mengambil pelajarannya.
(cakra)
Comments[ 0 ]
Posting Komentar